Bandung,27 April 2003
“Dear Dinda sang pujaan Hati,,,”
Ketika pertama aku melihatmu, aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Sesuatu yang menyesakkan di dada ini. Betapa gelombang itu datang tiba-tiba dikala aku berhadapan denganmu.
Mulai saat itu, seraut wajah senantiasa mengisi hari-hari dan lamunanku. Wajah itu adalah paras cantikmu nan ayu. Selalu terbayang tiap detik dan hela nafasku. Walau ku coba tepis rasa ini, namun tiada aku daya untuk membendungnya. Malah tiap hari berganti perasaan itu semakin membesar dan bergejolak dalam hati ini. Kata orang ini adalah perasaan cinta.
Aku sadar aku hanyalah orang biasa yang tak mungkin bagimu untuk memperhatikanku. Walau aku tak pandai bicara merangkai kata dan puja untukmu, melalui secarik kertas ini aku mencoba memberanikan diri untuk mengungkap segala rasaku padamu. Walau aku tau ini tak mungkin. Tapi Dinda.. kalau aku boleh jujur, “sungguh aku suka dan cinta padamu!”.
Selebihnya aku hanya bisa berharap..dan berdo’a agar aku bisa menjadi pendamping setiamu. Andai kata nanti ternyata Dinda tak bisa terima semua ini, Ijinkanlah aku menyimpan rasa ini sebagai sebagai taman indah untuk dikenang.
Mulai saat itu, seraut wajah senantiasa mengisi hari-hari dan lamunanku. Wajah itu adalah paras cantikmu nan ayu. Selalu terbayang tiap detik dan hela nafasku. Walau ku coba tepis rasa ini, namun tiada aku daya untuk membendungnya. Malah tiap hari berganti perasaan itu semakin membesar dan bergejolak dalam hati ini. Kata orang ini adalah perasaan cinta.
Aku sadar aku hanyalah orang biasa yang tak mungkin bagimu untuk memperhatikanku. Walau aku tak pandai bicara merangkai kata dan puja untukmu, melalui secarik kertas ini aku mencoba memberanikan diri untuk mengungkap segala rasaku padamu. Walau aku tau ini tak mungkin. Tapi Dinda.. kalau aku boleh jujur, “sungguh aku suka dan cinta padamu!”.
Selebihnya aku hanya bisa berharap..dan berdo’a agar aku bisa menjadi pendamping setiamu. Andai kata nanti ternyata Dinda tak bisa terima semua ini, Ijinkanlah aku menyimpan rasa ini sebagai sebagai taman indah untuk dikenang.
Yang mendambamu,
Ryo
…………????...........
Itulah contoh sepenggal surat yang mungkin sebagian pernah membuatnya. Namun untuk zaman sekarang ini aku belum lagi mendengar kata “Surat Cinta” dari sang “Kekasih Hati”.
Kemajuan teknologi yang semakin canggih telah menggantikannya. Dengan adanya telpon, handphone, iPhone, PDA Phone dan lagi jaringan internet yang semakin mendominasi hingga hampir semua orang merasa tergantung pada semua kecanggihan itu dan melupakan hal yang dulu dirasa romantis dan dinanti-nati dari pasangannya. Heuheu…
Tapi ni sekedar mengingatkan bagi mereka yang pernah mengalaminya atau sekedar ia bercerita buat orang yang baru tahu. Bahwa pada masa sebelum ada telpon dan keturunannya kita semua mengenal surat(katakanlah surat cinta…Heheuy..), bahkan sampai pernah ada istilah “Bahasa Perangko”.
Bahasa Perangko yang saya tahu ialah cara penempatan atau penemlepan perangko yang mempunyai arti dari tiap posisinya.