Kamis, 27 Mei 2010

ANGKLUNG

ANGKLUNG didefinisikan sebagai waditra yang terbuat dari ruas-ruas bambu yang dibunyikan dengan cara digoyang sehingga menghasilkan nada-nada tertentu, Menurut mitologi Bali, kata angklung berasal dari kata angka yang berarti nada dan kata lung yang berarti patah atau hilang. Angklung kemudian dapat dikatakan sebagai nada atau laras yang tidak lengkap,

ANGKLUNG ADALAH ALAT MUSIK TRADISIONAL, TERBUAT DARI BAMBU, YANG DIBUNYIKAN DENGAN CARA DIGOYANGKAN (BUNYI DISEBABKAN OLEH BENTURAN BADAN PIPA BAMBU) SEHINGGA MENGHASILKAN BUNYI YANG BERGETAR DALAM SUSUNAN NADA 2, 3, SAMPAI 4 NADA DALAM SETIAP UKURAN, BAIK BESAR MAUPUN KECIL.
LARAS (NADA) ALAT MUSIK ANGKLUNG SEBAGAI MUSIK TRADISI SUNDA KEBANYAKAN ADALAH SALENDRO DAN PELOG.

Di daerah Banten, Baduy, Sukabumi, Cirebon, dan lain-lain, angklung memiliki fungsi utama sebagai sarana ritual seperti upacara ngaseuk pare (menanam benih padi), nginepkeun pare (menyimpan padi untuk sementara), ngampihkeun pare (menyimpan padi), seren taun (upacara tahunan), nadran (berziarah), ngunjung ka Gunung Jati (upacara ritual ke Gunung Jati), heleran (menggiling padi), dll.
Dalam fungsi sebagai sarana ritual tersebut, angklung dimainkan untuk menghormati Dewi Sri sebagai dewi kesuburan, agar berkenan melimpahkan berkah kesuburan pada tanaman pertanian atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan penduduk, dengan harapan, hasilnya akan dapat membawa manfaat dan berkah bagi penduduk.
Kesenian angklung, selain dipergunakan dalam upacara-upacara kerajaan, juga dipergunakan sebagai kesenian yang mengiringi peperangan. Dalam peperangan-peperangan yang dilakukan Sultan Agung Banten, serangan pasukannya selalu diiringi oleh musik perang yang dimainkan oleh kesenian angklung. Sebagai kesenian yang mengiringi peperangaan, angklung juga dipergunakan pasukan kerajaan Pajajaran dalam kancah Perang Bubat.
Pada perkembangannya kemudian, angklung menyebar tidak hanya dimainkan di kalangan istana saja, tetapi mulai dimainkan oleh rakyat, terutama dalam pesta-pesta rakyat dan upacara-upacara pertanian untuk menghormati dewa-dewa dan memohon restu untuk bertani. Dari istana, kesenian angklung berkembang pesat ke daerah-daerah Banten Selatan dan Priangan Timur, seperti daerah Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan daerah lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar